2.1 Dasar Teori
2.1.1 Uji Impak material
Uji impak adalah
pengujian dengan menggunakan pembebanan yang cepat (rapid loading). Pengujian
impak merupakan suatu pengujian yang mengukur ketahanan bahan terhadap beban
kejut. Tidak seperti pengujian tarik dan kekerasan, dimana pembebanan dilakukan
secara perlahan-lahan. Pengujian impak merupakan suatu upaya untuk
mensimulasikan kondisi operasi material yang sering ditemui dalam perlengkapan
transportasi atau konstruksi dimana beban tidak selamanya terjadi secara
perlahan-lahan melainkan datang secara tiba-tiba, contoh deformasi pada bumper
mobil pada saat terjadinya tumbukan kecelakaan.
Pada uji impak terjadi proses penyerapan energi
yang besar ketika beban menumbuk spesimen. Energi yang diserap material ini
dapat dihitung dengan menggunakan prinsip perbedaan energi potensial. Dasar
pengujiannya yakni penyerapan energi potensial dari pendulum beban yang berayun
dari suatu ketinggian tertentu dan menumbuk benda uji sehingga benda uji
mengalami deformasi. Pada pengujian impak ini banyaknya energi yang diserap
oleh bahan untuk terjadinya perpatahan merupakan ukuran ketahanan impak atau
ketangguhan bahan tersebut.
Gambar 2.1 alat uji impak
Ada dua macam metode uji impak, yakni
metode charpy dan izod, perbedaan mendasar dari metode itu adalah pada
peletakan spesimen, Pengujian dengan menggunkan charpy lebih akurat karena pada
izod pemegang spesimen juga turut menyerap energi, sehingga energi yang terukur
bukanlah energi yang mampu di serap material seutuhnya.
Ada beberapa
factor penyebab patah getas pada pengujian impact, faktor tersebut adalah
sebagai berikut :
a.
Notch
Notch pada material
akan menyebabkan terjadinya konsentrasi tegangan pada daerah yang lancip
sehingga material lebih mudah patah. Selain itu notch juga akan menimbulkan triaxial
stress. Triaxial stress ini sangat berbahaya karena tidak akan
terjadi deformasi plastis dan menyebabkan material menjadi getas. Sehingga
tidak ada tanda-tanda bahwa material akan mengalami kegagalan.
b.
Temperatur
Pada temperatur
tinggi material akan getas karena pengaruh vibrasi elektronnya yang semakin
rendah, begitupun sebaliknya.
c.
Strainrate
Jika pembebanan
diberikan pada strain rate yang biasa-biasa saja, maka material akan sempat
mengalami deformasi plastis, karena pergerakan atomnya (dislokasi). Dislokasi
akan bergerak menuju ke batas butir lalu kemudian patah. Namun pada uji impak,
strain rate yang diberikan sangat tinggi sehingga dislokasi tidak sempat
bergerak, apalagi terjadi deformasi plastis, sehingga material akan mengalami
patah transgranular, patahnya ditengah-tengah atom, bulan di batas butir.
Karena dislokasi ga sempat gerak ke batas butir.
Kemudian, dari hasil percobaan akan didapatkan energi dan temperatur. Dari data
tersebut, kita akan buat diagram harga impak terhadap temperatur. Energi akan
berbanding lurus dengan harga impak. Kemudian kita akan mendapakan temperatur
transisi. Temperatur transisi adalah range temperature dimana sifat material
dapat berubah dari getas ke ulet jika material dipanaskan.
Temperatur transisi ini bergantung pada berbagai hal, salah satunya aspek
metalurgi material, yaitu kadar karbon. Material dengan kadar karbon yang
tinggi akan semakin getas, dan harga impaknya kecil, sehingga temperatur
transisinya lebih besar. Temperatur transisi akan mempengaruhi ketahanan
material terhadap perubahan suhu. Jika temperatur transisinya kecil maka
material tersebut tidak tahan terhadap perubahan suhu.

Komentar
Posting Komentar